Langsung ke konten utama

Wanita Berpendidikan


Oleh : Rizki Winanti

          Wanita yang berpendidikan tinggi bukan untuk menyaingi para lelaki, akan tetapi mempunyai peranan penting dalam mendidik generasi.Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim, tanpa membedakan antara wanita dan laki-laki. Tidak heran jika wanita sering mendapatkan diskriminasi ketika ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Meski kodrat wanita akan menjadi ibu penggurus rumah tangga, tetapi bukan berarti tidak pantas untuk menempuh pendidikan sampai tingkat universitas. Miris melihat realita masa kini, dimana wanita dibatasi dalam menuntut ilmu. Dan dianggap akan membuang uang secara percuma jika nantinya menjadi ibu rumah tangga, yang ujung-ujungnya akan menggurus urusan dapur, sumur dan kasur.

         Pemikiran dari barat semakin mendoktrin wanita muslim,dimana wanita tidak boleh memiliki wawasan dan pengetahuan luas. Dari sini dapat kita lihat, jika strategi barat adalah merusak wanita muslim dengan memahamkan pemahaman yang melenceng dari syariat islam. Sehingga banyak wanita masa kini memiliki pengetahuan minim dan diperbudak dunia. Hal itu dapat terjadi, karena wanita mempunyai peran besar dalam mendidik generasi. Dari beberapa doktrin yang dibawa oleh pemikiran barat, mengakibatkan banyak wanita-wanita muslim yang terdoktrin sehingga menganggap jika menuntut ilmu hanya sampai tingkat aliyah saja. Pahadal menuntut ilmu tidak ada batasan, karena hakikat menuntut ilmu sampai akhir hayat.

          Menuntut ilmu bukan hanya sekedar ingin mendapatkan pekerjaan layak, gaji yang banyak dan mendapatkan fasilitas melimpah. Akan tetapi, tujuan utama bagi wanita untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya ialah bahwa wanita kelak akan menjadi madrasatul ula (sekolah pertama) bagi generasi (keturunan yang dilahirkannya). Mendidik generasi bukan suatu hal yang mudah, maka butuh pegangan ilmu sebagai landasan . Tanpa ilmu niscaya wanita akan terbawa arus zaman yang fana. Semakin tinggi ilmu seorang wanita, maka semakin sederhana pula penampilannya dan tinggi rasa malunya. Pendidikan pertama yang di dapatkan seorang Anak diperoleh dari Ibunya. Sebelum memasuki bangku sekolah, maka Ibu menjadi pendidik pertama yang akan membentuk kepribadian si Anak sehingga memiliki kepribadian yang berakhlakul karimah.

          Dalam islam pendidikan itu penting tidak ternilai dengan uang yang habis dikeluarkan. Sebab pengetahuan yang didapat tidak sebanding dengan apa yang telah dikorbankan. Menuntut ilmu memang tidak mudah, tetapi Allah yang membuatnya menjadi mudah dan diperuntukkan bagi hambanya yang bersungguh-sungguh ingin mendapatkannya. Dalam menuntut ilmu butuh banyak pengorbanan diantaranya mengorbankan fisik (lelah), waktu luang dan harta. Jikalau tujuan menuntut ilmu hanya untuk dunia semata, niscaya semua perjuangan meraihnya akan menjadi sia-sia. Tetapi sebaliknya jika menuntut ilmu tujuannya tidak hanya berorientasi pada dunia, melainkan menyeimbangkan antara dunia dan akhirat, maka kebahagiaan yang akan di dapatkan.

          Realita hari menunjukkan jika banyak yang salah kaprah dengan teori 'Wanita Berpendidikan'. Bagi mereka wanita yang berpendidikan adalah wanita yang berkerja di kantoran, menjadi Bos, Manajer, Direktur atau jabatan lain. Maka hakikat wanita berpendidikan adalah wanita yang mampu mengendalikan hawa nafsunya, mengamalkan ilmunya dalam kehidupan, dan melakukan segala aktivitas dilandaskan kepada syariat yang semata-mata untuk mengharapkan ridho Allah Ta'ala. Saat ini yang sedang di permasalahkan adalah “Untuk apa sekolah tinggi-tinggi kalau nantinya jadi ibu rumah tangga dan ngurusin urusan dapur, sumur dan kasur” . Untuk urusan Dapur, Sumur dan Kasur sudah menjadi kewajiban yang akan di bebankan kepada seorang wanita, apalagi jika nantinya wanita tersebut telah bergantikan status menjadi seorang Istri dan seorang Ibu, maka pekerjaan itu memang sejatinya tidak boleh di lalaikan.

          Untuk mengurusi urusan Dapur, Sumur dan Kasur tentu harus dengan landasan ilmu, sebab tanpa ilmu tidak mungkin seorang wanita mampu untuk mengerjakannnya dengan baik dan benar. Terlepas dari setelah lulus dan menjadi sarjana  wanita akan berkarir atau memilih menjadi Ibu rumah tangga itu adalah pilihan. Sejatinya wanita akan berkarir baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Allah telah menjanjikan akan menaikkan derajat bagi orang-orang yang menuntut ilmu. Jadi, walaupun nantinya wanita tersebut akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga bukanlah menjadi masalah besar. Rezeki Allah yang menentukan dengan dibarengi  ikhtiar. Perkerjaan sebagai Ibu rumah tangga bukan pekerjaan yang hina tetapi sudah menjadi kewajiban untuk dijalani setiap wanita.

          Sejatinya islam membolehkan wanita untuk bekerja di luar rumah  (berkarir) dengan tetap mematuhi rambu-rambu hukum syariat. Apalagi situasi hari ini menuntut seorang Suami dan Istri harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Tetapi karena wanita adalah makhluk istimewa dan sebaik-baik perhiasan dunia, maka langkahnya tidak sebebas Pria. Islam begitu menjaga serta melindungi wanita dan memberikan batasan mana yang boleh dilakukan dan  tidak boleh dilakukan. Hal tersebut bukan sebagai bentuk untuk mengekang wanita, akan tetapi untuk menjaga marwah dan izzahnya. Tidak menutup kemungkinan wanita yang menjadi ibu rumah tangga, tetapi tetap bisa berkarir dengan menghandle pekerjaannya dari rumah. Karir tetap jalan, Cuan lancar dan kewajiban tidak terlalaikan, impian setiap wanita muslim bukan? Jangan sampai Karirmu membuatmu harus melepaskan Kerudung, Gamis dan Kaos kakimu, Nauzubillah.

          Meski cemoohan terus menghakimi tetap harus  optimis. Teruslah menuntut ilmu dimana dan kapan saja. Karena menuntut ilmu bagi wanita tidak hanya di perguruan tinggi, tetapi juga bisa di majlis ta’lim. Menuntut ilmu karena Allah, bukan karena mengejar harta, tahta dan jabatan. Ketika niatnya sudah benar, maka tolak ukur menuntut ilmu bukan untuk urusan dunia, akan tetapi untuk bekal menuju akhirat. Jika kelak takdir memilihmu menjadi ibu rumah tangga. Jangan bersedih dan menyesal, sebab ilmu yang di dapat tidak akan sia-sia, justru bermanfaat untuk diterapkan dalam membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah, dan menjadi bekal untuk mendidik generasi agar menjadi generasi Rabbani. Menjadi Ibu rumah tangga tidak akan membuatmu menjadi hina dan hidup miskin, sebagaimana janji Allah pada orang-orang yang berilmu yaitu akan diangkat derajatnya. 

         Hamasah wa istiqomah untuk akhwatifillah yang saat ini sedang menuntut ilmu (sekolah,kuliah mondok), tatah kembali  niat dalam menuntut ilmu, jangan dengarkan bisikan syaitan yang akan menjerumuskanmu. Semoga Allah senantiasa memudahkan langkahmu dalam menunut ilmu, serta memberikan kemudahan untuk memahami setiap ilmu yang dipelajari,, aamiin.....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ramadhan Bulan Tarbiyah

Oleh : Rizki Winanti Ramadhan telah tiba membawa limpahan keberkahan bagi setiap makhluk di alam semesta. Pada bulan Ramadhan segala amalan baik yang dilakukan oleh manusia akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah Ta’ala. Esensi  dari hadirnya bulan Ramadhan bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, akan tetapi Ramadhan sebagai bulan Tarbiyah. Kata Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan. Dari segi kebahasaan, Tarbiyah memiliki makna mendidik, mengasuh, menumbuhkan,memelihara dan mengajarkan etika sopan santun. Sedangkan menurut Imam Ghazali, Tarbiyah sebagai kegiatan pengajaran dengan tujuan menanamkan kebajikan dan mendekatkan diri kepada Allah Subhana Wata’ala. Lalu mengapa bulan Ramadhan dikatakan sebagai bulan Tarbiyah? Ramadhan adalah bulan pendidikan yaitu mendidik manusia agar menjadi muslim sejati. Hakikat dari terbentuknya muslim sejati adalah muslim yang melakukan segala aktivitas (perbuatan) hanya berlandaskan dengan keimanan yang diorientasi...

Implementasi Konsep Madrasatul Ula dalam Mewujudkan Tarbiyah Islamiyah

Oleh : Rizki Winanti Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menyatakan bahwa perempuan adalah tiang negara, jika baik perempuannya maka baik pula negaranya, dan jika rusak  perempuannya maka rusak pula negaranya. Perempuan mendapatkan tempat teristimewa  di dalam islam yaitu menjadi sebaik-baik perhiasan dunia. Bahkan perempuan memiliki  potensi besar dalam mencetak generasi islam yang berakhlakul karimah. Realita saat ini menunjukkan jika masih banyak para ibu yang mengabaikan perannya  sebagai Madrasatul Ula bagi anak-anaknya. Era globalisasi mempengaruhi pola pikir ibu  masa kini, dimana mereka menganggap jika pendidikan seorang anak hanya di bangku  sekolah saja, sementara mereka melalaikan kewajibannya sebagai seorang ibu. Hingga  dampak yang dihasilkan dari kelalaian ini adalah kehancuran generasi islam. Dimana sekolah  tidak sepenuhnya menjamin seorang anak akan terdidik dan memiliki akhlak terpuji. Hari ini  dapat kita saksikan betapa...

[CERPEN] Antara Hijab dan IBu

 Oleh : Rizki Winanti (Cerpen ini sebelumnya telah terbit di blog Kreasi Literasi 'https://kreasiliterasi bpp. blogspot.com/2022/03/cerpen-antara-hijab-dan-ibu.html?m=1' pada tanggal 24 Maret 2022)                                 Natasya merupakan anak sulung dari tiga bersaudara.Ayahnya seorang tukang becak dan Ibunya berkerja sebagai pembantu rumah tangga. Setelah tamat dari bangku SMA, Natasya memutuskan untuk berhijab. Sungguh malang nasib Natasya, dikarenakan Ibunya tidak menyukai jika ia menggunakan hijab. Bukan tanpa alasan, Ibu Natasya sangat terobsesi untuk menjadikannya sebagai model dari brand  produk ternama, dimana ia harus menanggalkan hijabnya. Natasya sangat terpukul mengetahui kenyataan ini. Disatu sisi menutup aurat adalah  kewajiban bagi seorang wanita ketika sudah baligh, dilain sisi ada Orang tua yang harus dihormati dan dipatuhi. Natasya hampir pasrah dan putus asa, ...