Langsung ke konten utama

Kehormatan Tergadai Karena Cinta Sesaat

 

Oleh : Rizki Winanti

Cinta merupakan fitrah dari Allah Ta’ala yang dianugerahkan untuk memanusiakan manusia. Ungkapan yang sering di dengar bahwa cinta tidak pernah salah adalah benar. Karena rasa cinta datangnya dari Allah Ta’ala melalui perantara Gharizah (naluri) yang ada pada diri manusia. Jangan sampai ikatan cinta yang suci jadi ternoda disebabkan aktivitas bernama pacaran. Rasa cinta Allah hadirkan pada tiap-tiap diri manusia, terutama cinta yang berkaitan dengan rasa suka terhadap lawan jenisnya. Berapa mirisnya kini, banyak generasi islam mengatasnamakan cinta untuk bermaksiat. 

Kata “Pacaran” tidak lagi asing di dengar oleh telinga, yaitu sebuah aktivitas yang dianggap sebagai penyalur rasa cinta, pada kenyataanya aktivitas tersebut berujung pada perbuatan maksiat. Pertanyaan yang kerap kali dipertanyakan ialah mengapa Alah Ta’ala menciptakan rasa cinta, tapi mengharamkan pacaran? Allah menciptakan rasa cinta itu untuk kemaslahatan diri manusia, walau bagaimanapun rasa tersebut hadir karena memang sudah menjadi fitrah. Rasa cinta tidak pernah salah yang salah adalah cara pengaplikasiannya melalui jalur maksiat yaitu dengan pacaran. 

Manusia  dikaruniai berupa akal dan nafsu oleh Allah Ta’ala, dari sisi ini maka akal harus cenderung dominan dibandingkan nafsu, jangan sampai nafsu yang mampu mengotrol akal, akan tetapi yang seharusnya terjadi ialah akal yang mengotrol nafsu. Realita masa kini telah membuktikan bahwa cinta bisa menghilangkan kewarasan manusia, hingga pada akhirnya rasa cinta tersebut dilandasi dengan nafsu bukan dengan akal. Hal yang terjadi ketika rasa cinta tersebut lebih di dominasi oleh nafsu, maka dapat menimbulkan kerusakan, dimana kerusakan itu terjadi di awali dengan kemaksitan berupa pacaran.

Allah Ta’ala telah menegaskan di dalam kitab suci Al-Qur’an yaitu pada surah Al Isra’ ayat 32 yang menyatakan bahwa sesungguhnya manusia diperintahkan untuk tidak mendekati perkara zina. Perzinahan yang dimaksud di dalam ayat ini mencakup pada perbuatan aktivitas dari pacaran. Karena sejatinya pacaran akan menjerumuskan pada perzinahan. Tidak ada pacaran syari’ ataupun pacaran islamia yang dilakukan sebelum akad ijab qobul terucap (pernikahan). Pada hakikatnya pacaran hanya diperbolehkan bagi sepasang manusia yaitu laki-laki dan wanita yang sudah memiliki ikatan pernikahan yang sah.

Pacaran hanya mengatasnamakan cinta dengan tujuan untuk merusak. Hanya bermodalkan kata gombalan, mampu menaklukkan hati anak gadis orang. Jika Cinta jangan mengajaknya untuk bermaksiat, tapi datangi walinya ajak ia untuk hidup bersama membina keluarga sakinah mawadah dan warohmah. Pacaran itu hanya untuk mereka yang miskin komitmen. Membuktikan Cinta hanya dengan pacaran, setiap hari kehormatan wanita tergadaikan, tapi kepastian menghalalkan masih belum jelas. 

Dari aktivitas pacaran yang banyak dirugikan adalah wanita, dimana ia menjadi santapan gratis untuk laki-laki buaya darat. Hingga kehormatan tidak mempu lagi dijaga karena sudah dinikmati oleh laki-laki yang belum berstatuskan halal. Mustahil jika pacarannya tidak berbuat hal negatif seperti pegangan tangan, ciuman , pelukkan bahkan sampai melakukan hubungan suami istri. Banyak juga diantara para generasi yang melakukan aborsi karena hamil diluar nikah. Lebih miris lagi, generasi saat ini menganggap bahwa hal tersebut adalah perbuatan yang wajar dan biasa. Justru yang memilih jomblo karena takut dosa dianggap kuno, tidak laku dan perawan tua.

Sabarkan hati untuk menanti, sebab janji Allah pasti. Jangan minder karena tidak punya kekasih hati, tapi takutlah jika cintamu tidak Allah ridhoi. Kesendirian bukan menjadi aib, tapi untuk menjaga kehormatan diri. Jika cinta hanya sebatas disalurkan melalui pacaran, bisa dipastikan itu merupakan nafsu bukan cinta. Karena hakikat cinta adalah menjaga bukan merusak. Menunggu dalam ketaatan adalah jalan terbaik, serta ikhtiar menjadi penguat dalam lelahnya pencarian kekasih sejati. 

Cinta itu suci maka penyalurannya harus dengan cara yang benar dan baik, yaitu dengan jalan pernikahan bukan jalan pacaran. Semoga para jomblo lillah masih tetap  istiqomah dalam kesedirian. Ingat! Lelaki yang baik tidak akan mungkin mengajak untuk berpacaran, karena ia pasti paham cara memuliakan seorang wanita tanpa harus membuat komitmen abal-abal dan modus seperti bak pahlawan kesiangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ramadhan Bulan Tarbiyah

Oleh : Rizki Winanti Ramadhan telah tiba membawa limpahan keberkahan bagi setiap makhluk di alam semesta. Pada bulan Ramadhan segala amalan baik yang dilakukan oleh manusia akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah Ta’ala. Esensi  dari hadirnya bulan Ramadhan bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, akan tetapi Ramadhan sebagai bulan Tarbiyah. Kata Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan. Dari segi kebahasaan, Tarbiyah memiliki makna mendidik, mengasuh, menumbuhkan,memelihara dan mengajarkan etika sopan santun. Sedangkan menurut Imam Ghazali, Tarbiyah sebagai kegiatan pengajaran dengan tujuan menanamkan kebajikan dan mendekatkan diri kepada Allah Subhana Wata’ala. Lalu mengapa bulan Ramadhan dikatakan sebagai bulan Tarbiyah? Ramadhan adalah bulan pendidikan yaitu mendidik manusia agar menjadi muslim sejati. Hakikat dari terbentuknya muslim sejati adalah muslim yang melakukan segala aktivitas (perbuatan) hanya berlandaskan dengan keimanan yang diorientasi...

Implementasi Konsep Madrasatul Ula dalam Mewujudkan Tarbiyah Islamiyah

Oleh : Rizki Winanti Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menyatakan bahwa perempuan adalah tiang negara, jika baik perempuannya maka baik pula negaranya, dan jika rusak  perempuannya maka rusak pula negaranya. Perempuan mendapatkan tempat teristimewa  di dalam islam yaitu menjadi sebaik-baik perhiasan dunia. Bahkan perempuan memiliki  potensi besar dalam mencetak generasi islam yang berakhlakul karimah. Realita saat ini menunjukkan jika masih banyak para ibu yang mengabaikan perannya  sebagai Madrasatul Ula bagi anak-anaknya. Era globalisasi mempengaruhi pola pikir ibu  masa kini, dimana mereka menganggap jika pendidikan seorang anak hanya di bangku  sekolah saja, sementara mereka melalaikan kewajibannya sebagai seorang ibu. Hingga  dampak yang dihasilkan dari kelalaian ini adalah kehancuran generasi islam. Dimana sekolah  tidak sepenuhnya menjamin seorang anak akan terdidik dan memiliki akhlak terpuji. Hari ini  dapat kita saksikan betapa...

[CERPEN] Antara Hijab dan IBu

 Oleh : Rizki Winanti (Cerpen ini sebelumnya telah terbit di blog Kreasi Literasi 'https://kreasiliterasi bpp. blogspot.com/2022/03/cerpen-antara-hijab-dan-ibu.html?m=1' pada tanggal 24 Maret 2022)                                 Natasya merupakan anak sulung dari tiga bersaudara.Ayahnya seorang tukang becak dan Ibunya berkerja sebagai pembantu rumah tangga. Setelah tamat dari bangku SMA, Natasya memutuskan untuk berhijab. Sungguh malang nasib Natasya, dikarenakan Ibunya tidak menyukai jika ia menggunakan hijab. Bukan tanpa alasan, Ibu Natasya sangat terobsesi untuk menjadikannya sebagai model dari brand  produk ternama, dimana ia harus menanggalkan hijabnya. Natasya sangat terpukul mengetahui kenyataan ini. Disatu sisi menutup aurat adalah  kewajiban bagi seorang wanita ketika sudah baligh, dilain sisi ada Orang tua yang harus dihormati dan dipatuhi. Natasya hampir pasrah dan putus asa, ...